Saturday, July 31, 2010

Inception

(30 Juli 2010 08:30)

Semuanya bicara tentang Inception
Konsep lama tentang mimpi menguak kembali
Adakah sesuatu yang luar biasa?
Apakah dalam mimpi bisa menambah waktu kita?

Konon dalam mimpi otak bisa kerja maksimal
Satu menit di luar sama sepuluh menit mimpi
Konon kita sekarang hanya menggunakan 10% kerja otak
Benarkah demikian adanya?

Apakah seperti ini realistis?
Tentu saja, banyak penelitian tentang ini
Apakah ini diperbolehkan?
Ada yang berkata tidak boleh

Banyak alasan di dalamnya
Terlalu mistis adalah yang pertama
Membuat orang tak menghargai waktu
Otak kita tak bisa istirahat

Mungkin saja masih ada kemungkinan tuduhan benar
Tapi bagaimana jika kita berpikir lainnya
Mungkinkah ini dilakukan?
Mungkinkah ini diperbolehkan?
Apakah ini bisa jadi konsep menebus waktu?

Masih panjang jalannya
Tapi mungkin di masa depan bisa dilakukan
Suatu perdebatan yang kontroversial akan terjadi
Perlukah kita berjaga-jaga akan hal ini?
Semua tergantung paradigma kita
Biar kita minta hikmatNya saja

Sejuta Cinta Mewarna

(29 Juli 2010 16:30 & 30 Juli 2010 16:45)

Sesuatu yang besar dalam diri manusia
Sesuatu yang berkekuatan besar
Sesuatu yang masih misteri selama berabad
Terangkum dalam satu kata, cinta

Jika ada yang bisa mengubah hati keras
Jika ada yang bisa menerima apa adanya
Jika ada yang bisa melakukan pemulihan
Itulah cinta itu

Ada banyak kisah mengesankan
Tak jarang yang membuat keluar air mata
Dan inspirasi bisa keluar darinya
Itu karena satu kata magis, cinta

Banyak film terinspirasi dari kata ini
Pasangan tumor otak tak jadi halangan
Kita merasa tak ada beban untuk itu
Kita tak melihat jauh ke depan detil
Yang kita lihat adalah dirinya dan diriku
Itulah cinta

Kisah nyata orang tua pun tak jarang
Anaknya yang ditabrak lari tak ada pembelaan
Dia rela jalan kaki dari Malang hingga Jakarta
3 minggu lamanya ditempuh
Kaki hancur untuk bertemu presiden
Mencari keadilan demi anaknya
Semuanya dapat dirangkum dalam kata cinta

Segudang kisah kita mengerti
Ada cinta yang berperan di dalamnya
Tapi apakah kita pernah bertanya satu hal
Dari mana cinta itu berasal?
Dari mana kita mengenal kasih?

Dua ribu tahun yang lalu
Ada seorang yang menjawab ini semua
Dia yang adalah Kasih datang
KarenaNya kita mengenal cinta sejati
Dari mana kata itu berasal...

Bumi Ini

(Kejadian 1 : 20-28 ; 2 : 15)

Alam tak lagi terkendali
Segala prediksi digagalkan
Panas yang tak pernah tercatat
Apakah ini akibat global warming?

Salah kitakah jika ini semua terjadi?
Apakah ini bukan sesuatu yang memang tak terhindar?
Bukankah kita tak dapat melampaui alam?
Inilah semua pertanyaan yang ada

Sampai berapa lama kita lupa mandat kita
Mandat budaya yang telah diberikan
Apakah ada pengecualian dalam hal ini?
Atau aku yang salah mengerti?

Alam rusak sejak kejatuhan
Tapi apakah mandat itu hangus pula?
Kita sering menyalahkan itu di luar kendali
Kita lupa bahwa kita juga turut andil

Berapa banyak sampah plastik yang kita buang?
Jika kita hitung dan membuangnya di lautan
Seluruh permukaan laut dunia dapat tertutupinya
Kita tak sadar karena kitalah segalanya
Memang semua ini harus terjadi
Tapi apakah berhenti sampai di sana saja?
Tak adakah kesadaran untuk lebih baik?
Tidakkah kita melihat tujuan yang lebih besar?

Inilah dunia kita
Inilah tanggung jawab yang diberikan
Daripada mencari bumi lainnya
Tidakkah kita ingin memperbaiki bumi kita dulu?

Friday, July 30, 2010

Kabut Tebal

(29 Juli 2010 07:00)

Kabut itu menutupi jalanku
Tebal sekali adanya
Namun laju tetap kencang
Kuterobos semua

Karena aku tahu
Ada lampu memancar dariku
Ada lampu di depanku
Samar tapi cukup terang
Aku berani lakukan semua
Karena memang semua kencang

Demikian perjalanan rohani
Sekeliling melaju kencang
Kita pun termotivasi melaju
Jika tidak kitalah penghambatnya

Kabut akan selalu ada
Berusaha menghambat laju kita
Bahkan ada penghalang lainnya
Ingin membuat kita celaka
Keluar dari lintasan kita

Tapi perjalanan kita tidak santai
Sejak awal kita dituntut berlari
Melaju kencang diharuskan
Hadiah terbatas pada pemenang
Lintasan sudah disediakan
Tembakan peluit telah lama berlalu
Santai asal selamat bukan kata yang benar

Butuh teman dalam semua ini
Teman yang ikut berlari dengan kencang
Bersama menerangi jalan di depan
Menjadikan semua jalan jelas terlihat

Terang bagi Dunia

(Roma 1 : 8-16)

Mereka tidak malu membela kepercayaannya
Walau dirasa agak berlebihan
Tapi bagi mereka itu untuk kepercayaannya
Kepercayaan yang merupakan jati dirinya
Mereka akan melakukan hal radikal
Walau sedikit bersinggungan dengan hak lainnya

Kadang kita pun demikian
Kita terlalu berlebihan membela
Sesuatu yang kadang kita tak tahu
Suatu iman yang buta

Penting untuk membela iman kita
Penting juga melihat batas-batas hak lainnya
Kita berkata kasih
Kita berkata Golden Rule
Tapi kita masih sering melupakannya

Panggilan kita ke dunia
Bercahaya di sana bagi yang lain
Kita mengajarkan kebenaran
Berani membela kebenaran

Kita tahu itu adalah hal yang salah
Kita harus menegakkan kebenaran
Tapi ada cara-cara lain yang bisa ditempuh
Tuhan kita kreatif akan banyak hal
Biar Dia yang tunjukkan caraNya pada kita

Bagaimana mungkin kita menerangi mereka
Kalau mereka takut akan terang itu
Kalau mereka malah menjauh dari kita
Biar iman kita yang berbicara pada dunia
Iman yang mengabdi kepada Allah
Bukan pikiran atas nama iman kita

Thursday, July 29, 2010

Pulang Rumah

(29 Juli 2010 05:20)

Aku tak ingin meninggalkanmu
Tapi aku memilih untuk segera pulang
Aku mengerti kita sudah jarang bertemu
Baru juga satu hari kita bisa bersama lagi
Namun kini aku harus meninggalkanmu

Ingin kuajak kau bersamaku
Namun engkau tak bisa ikut denganku
Berat hatiku meninggalkanmu
Tapi inilah kehidupan
Tak bisa semuanya terkabul

Mungkin inilah yang terbaik
Walau mungkin di tempat baruku susah komunikasi
Aku akan terus mencoba
Mungkin banyak kesibukan menantiku
Aku akan mencoba cari waktu

Jika kau membaca ini
Aku sudah pergi
Jaga dirimu
Tuhan berkatimu

Wednesday, July 28, 2010

Dokter Penderitaan

(Yeremia 6 : 14-20 ; Matius 11 : 28)

Ketika aku melihat ke belakang
Aku tahu semua yang kulakukan kekanakan
Aku tahu aku sudah mulai dewasa
Dan masa laluku sedemikian kelam
Aku tak mengerti mengapa dulu aku tahan
Padahal segalanya terasa indah di sini
Itu karena dulu aku tak pernah tahu
Ada kehidupan seperti ini di dunia

Ada banyak luka batin yang terjadi
Segudang cercaan menyanyat hati
Tikaman dari sekelilingku
Pukulan bertubi yang tak pernah habis
Kehidupanku digerogoti di setiap sudutnya
Tapi ketika aku melihat hidupku sekarang
Bekas itu masih ada
Namun tak terasa sakit ketika kusentuh

Dia yang sembuhkan segalanya
Beban itu tak semuanya hilang
Sampai sekarang masih banyak beban hidup
Tapi ada yang mau menerima bebanku
Membawakan bersama dalam hidupku
Hingga satu persatu beban itu dibuang

Aku tahu kehidupanku berbeda
Aku bisa mengejar masa depanku
Kakiku lebih ringan melangkah
Dan yang lebih penting aku tahu
Ada Seseorang yang mau berbagi denganku
Seseorang yang tak pernah tinggalkanku
Dia Yang Punya Segala Kuasa

Sulitnya Berbalik

(28 Juli 2010 19:30)

Kulihat seorang di depan rak Alkitab
Membalik-balik lembaran Alkitab
Terlihat serius mencari sesuatu
Aku berdiri di belakangnya
Terlalu sungkan untuk mengganggunya

Hingga seorang temannya datang
Dengan langkah gagahnya dia datang
Senyumnya sinis sambil berkata
“Mau pindah agama kamu?”

Aku terkejut mendengarnya
Kukira orang tadi adalah Kristen
Dari kata temannya kutahu mungkin bukan
Dengan suara kecil dia menjawab tanya temannya
Aku tak dapat mendengarnya
Mereka pun jongkok bicara serius
Terlalu kecil untuk kudengar
Dan sepertinya aku pun tak mau dengar
Kulangkahkan kakiku menjauh

Entah mengapa orang tersebut datang ke rak itu
Mungkin minat akademiknya
Mungkin ingin membelikan sesuatu untuk seseorang
Atau entah karena terpanggil sesuatu
Aku tak pernah mengerti
Aku hanya bisa menebaknya saja

Tak mudah bagi seseorang untuk kembali ke jalan benar
Iblis selalu berusaha menghalanginya
Ada banyak pihak oposisi
Tak sedikit yang membenci kebenaran
Kita terlalu terbuka dan dapat membuka mereka

Kuberdoa untuknya, Tuhan
Selamatkan jiwa orang tersebut
Engkau tempatkan teman seperti itu baginya
Engkau punya rencana indah untuknya
Tolong dia Bapa
Satu lagi jiwa untuk seratus jiwa bagiMu

Kesahku Kesahmu

(27 Juli 2010)

Maafkan aku
Harusnya aku tahu kamu lebih capek
Kita sudah lama tak jumpa
Tapi aku hanya memaksa keinginanku
Aku hanya bercerita tentang kejadianku
Tanpa berimu sempatan bicara

Aku baru sadar saat di tengah
Aku tahu ada banyak hal yang telah terjadi
Ada banyak hal yang ingin kau tuangkan
Agar bebanmu semakin sedikit
Tapi bukan membuang, aku malah menambah

Maafkan aku yang tak peka
Mungkin aku terlambat sadar
Tapi beri aku kesempatan lagi
Biar kali ini aku mendengarmu
Biar kusimpan dulu segala resahku
Aku tak ingin melihatmu begini

Maafkan aku membuatmu selalu mengalah
Aku masih belum bisa kendalikan diriku
Bantu aku dalam doamu
Biar kelembutan itu ada dalamku
Biarkan aku jadi seorang yang gentle
Bantu aku dan sabarlah untuk waktu itu
Aku ingin dan akan berubah

Tolong angkat sambunganku
Aku ingin kau tuangkan segalanya
Walau mungkin sudah terlambat
Tapi biar malam ini kita bisa tidur tenang

Ketaatan

(I Yohanes 2 : 1-11 ; Lukas 6 : 46 ; Yohanes 14 : 15)

Jika kita tinjau semua khotbah yang kita dengar
Mungkin inilah simpulan pikiran kita
Semua adalah tentang ketaatan
Apapun bentuknya, semua tentang ketaatan

Jangan begini begitu, adalah ketaatan
Janji berkat tergenapi dari ketaatan
Bersaksi juga bentuk ketaatan
Pilihan kita adalah taat atau tak taat
Mengerjakan keselamatan juga ketaatan
Hampir semuanya ketaatan

Kita sudah bosan mendengarnya
Apapun variasi tema khotbah semuanya mengarah ini
Sindiran dan berkat berujung akhir pada ini
Kita mulai kebal dengan hal ini
Kita mengalihkan kesimpulan kita dari hal ini
Karena kita sudah bosan dalam hal ini

Sungguh ironis
Kita selalu menyeru namaNya
Tapi sudahkah kita melakukan kataNya?
Benarkah Firman itu pelita kita?
Kita berkata mencintaiNya dan ingin selalu dekatNya
Sudahkah kita memikirkan konsekuensinya?
Sudahkah hati kita siap dengan perintahNya?
Kita berseru tapi tak melakukan kataNya
Seperti kita meminta tapi tak percaya padaNya

Bapa, ampuni kami yang egois ini
Mungkin kami sudah bosan dengan apa yang kami dengar
Tapi kami tak ingin sertaMu lenyap dari kami
Kami tahu ini keegoisan kami
Ampuni kami yang tak mempercayaiMu penuh
Tolong kami yang tak percaya ini
Biar kami taat dengan perintahMu

Tuesday, July 27, 2010

Racunmu atau Racunku?

(26 Juli 2010)

Kau tahu sakit karena fitnah?
Apa yang akan kau lakukan jika demikian?
Akankah kau membalasnya?
Akankah kau mengklarifikasinya?

Aku tahu dia iri padaku
Aku tahu mungkin cara penyampaianku salah
Tapi tak perlu seperti itu
Aku merasa dia menyebarkan racun
Dia berkata aku yang meracuni
Padahal bagiku dialah penyebar racun itu

Aku punya banyak pengalaman ini
Aku berkali-kali difitnah
Harga diriku direndahkan, aku dikucilkan
Entah karena aku pengecut atau tak berani
Aku hanya diam saja menanggapinya
Dan pengalamanku tak selalu berakhir baik
Tetapi satu yang aku sadar selama ini
Bahwa Tuhan yang membelaku
Akhirnya terbuka siapa yang racun siapa yang korban
Walau tak semua perkara demikian
Tapi di tahun-tahun terakhir, semuanya terbuka

Ya Tuhan, aku tahu mulutnya berbisa
Aku tahu dia tidak ingin aku mengambil darinya
Sesuatu yang dia “claim” miliknya padahal bukan
Aku tahu dia iri pada apa yang kumiliki
Aku tahu hatiku sakit karena ini
Tapi aku mau belajar di sini, Bapa
Engkau tahu apa yang ada di hatiku
Aku sama sekali tak ada niat mengambil darinya
Tolong dia, Bapa
Biar dia mengerti semuanya adalah dari kepercayaanMu

Kalau sakitku bisa membuatnya sadar
Aku rela ini semua terjadi
Tapi berikan kekuatanMu padaku, sabarkan aku
Biar kami bisa bekerjasama memuliakanMu
Tolong dia, Bapa
Bentuk aku, Bapa

Pelajaran dari Mereka

(I Korintus 12 : 21-25 ; Mazmur 145 : 8-9 ; Efesus 5 : 1-2)

Brapa kali aku melihat mereka yang tak sepertiku
Yang hidupnya tergantung alat
Yang hanya bisa berbaring di ranjangnya
Yang duduk diam tak dimengerti orang
Yang matanya menatap tajam kekosongan
Yang ingin menggapai tak mampu sendiri
Yang tinggal dalam komunitas terpisah

Oh Tuhan, aku mengerti Kau punya rencana
Terima kasih memperlihatkan ini padaku
Aku belajar bagaimana Engkau Penenun Agung
Aku memahami bagaimana hidupku harusnya
Aku mengerti kesabaran dalam hidup
Aku sadar akan kasihMu
Aku menghargai semua terjadi

Hanya aku tak bisa melihatnya terus
Aku hanya sadar ketika aku melihatnya
Tuhan, apakah ini hanya belas kasih?
Oh Tuhan, sadarkan aku yang egois ini
Biar aku selalu sadar Engkau ada
Jadilah bagian dalam hidupku
Biar karyaku untukMu
Pakai aku, Tuhan

Monday, July 26, 2010

Enam Sosok

(23 Juli 2010 03.30)

Aku tak ingat detil
Aku tak bisa bergerak
Ya, aku berbaring di ranjangku
Nyata, seperti nyata
Dan mungkin memang nyata

Kupaksa membuka mataku
Aku melihat sesuatu di depanku
Oh tidak, dia melayang
Matanya menatapku
Aku tak bisa teriak
Hatiku memekik “Yesus, tolong!”
Aku tak kuat menahan mataku
Mataku ingin selalu menutup
Mataku terpejam...

Aku memaksa buka mataku
Aku takut, aku ingin lari
Tapi aku tak bisa bergerak
Kupaksa buka mataku
Mataku terbuka...
Aku melihat sesuatu melayang
Sesosok hitam itu masih ada
Bukan, bukan sosok yang pertama
Ini berbeda dari yang pertama
Aku terus berusaha menahan kelopak mataku
Aku terus memekik dalam hati
Tapi tak bisa, mataku terpejam...

Kegelapan melandaku
Kupaksa buka mataku yang berat
Aku takut akan hal ini
Tapi aku lebih takut dalam kegelapan
Aku membuka mataku yang berat...
Sosok itu masih ada di depanku
Bukan, bukan sosok pertama atau kedua
Aku tak ingat detilnya
Tapi aku tahu ini berbeda
Aku terus memekik tapi tetap saja
Mataku tertutup...

Aku terus memaksa buka mata
Aku terus berseru “Darah Yesus!!”
Tapi terus saja kejadian ini berlangsung
Ya, berulang hingga enam kali
Enam sosok yang berbeda kulihat
Setelah itu mataku terpejam cukup lama
Tiba-tiba kuraih kendali tubuhku
Aku terhentak terbangun
Depanku kosong kecuali lemari bajuku
Tubuhku berkeringat
Padahal ruanganku berpendingin
Udara dingin segera menyerangku

Tuhan, apa maksudnya ini?
Apakah tadi hanya mimpi?
Tapi mengapa seperti nyata?
Bahkan latar yang kulihat sangat detil kamarku
Aku tak ingat detil
Tapi aku tahu aku ada di kamarku
Sebelumnya aku bermimpi
Dan mimpiku terpotong kejadian ini
Keadaan berubah jadi kamarku
Aku menatap enam sosok ini
Sebelum mataku terasa berat sekali
Dan aku melihat sosok demi sosok di hadapanku

Tuhan, apa maksudnya ini?
Apakah peringatan bagiku karena aku sudah mulai jauh?
Atau sesuatu yang lain?
Aku takut, Tuhan
Tolong aku, Tuhan
Jauhkan aku dari hal-hal ini
Tapi bukan kehendakku
Biar semua kehendakMu terjadi

Biar Mataku MemandangMu

(Lukas 4 : 1-13 ; Ibrani 12 : 12)

Sudah berapa lama hidup yang kujalani?
Kukira sudah cukup lama
Tetapi ada satu hal yang selalu sama terjadi
Sampai berapa lama pencobaan terus datang?
Aku tahu siapa yang membuat ini semua
Tapi dimana dia?

Aku mencarinya di depanku
Ingin kuusir dan kutendang dia dari jalanku
Tapi dia tak ada di sana

Aku menoleh ke samping
Pun tak kutemukan dia
Tapi dia begitu pintar alihkan perhatianku
Sisi-sisi jalan yang kulalui terlihat rimbun
Membuatku ingin berhenti dan berteduh
Dan memang seringkali begitu...

Aku menoleh ke belakang
Lagi-lagi tak ada
Tapi begitu aku menoleh
Serangan masa lalu itu datang
Berusaha menggoyahkan kekudusanku

Ya, aku sadar sekarang
Dia memang pengecut
Dia bersembunyi di balik semua itu
Dia ingin aku menyibukkan diri dengannya
Aku tak akan pernah berhadapan dengannya langsung
Dia terlalu pengecut untuk itu
Tapi aku tahu dia ada di sana mengikutiku
Bagai bayanganku

Tuhan, tolong aku
Biarkan mataku tetap fokus padaMu
Biar aku dapat memandang horizon depanku
Tempat garis akhirku berada
Aku tahu sampingku menggoda
Belakang merongrongku
Tapi satu yang kuminta
Yakinkan aku Kau selalu sertaku
Amin

Sunday, July 25, 2010

Ini Pengaruhku, Pakai Aku

(Kisah 9 : 15, 24-26 ; I Korintus 15 : 10)

Aku ingat waktu aku kecil
Aku pernah minta ingin terkenal
Aku ingin punya banyak teman
Aku ingin jadi orang yang menarik
Aku ingin disukai wanita
Aku ingin semua menghargaiku

Kini Engkau telah menjawabku
Semua kudapatkan
Tapi aku ingin keluar dari ini semua
Lord, mengapa Engkau tak bilang dari awal
Kalau berpengaruh itu sulit?

O yeah, Engkau berkata aku jadi berkat
Aku berikan cahaya pada dunia ini
Aku pancarkan pengaruh yang baik
Aku mengubah hidup orang lain
Tapi aku tak tahu kalau itu sesulit ini
Mengapa tak Kau katakan sejak awal
Tantangan derita luka yang kan kualami?

Mengapa tak Kau katakan padaku
Kalau aku belum siap dengan semua ini?
Banyak orang memandangku, semakin banyak yang menghujatku
Fitnahan semakin banyak terdengar
Nada sumbang di kejauhan sayup-sayup kutangkap
Aku ditusuk orang yang terlihat baik dan rohani
Bukankah lebih enak jadi orang biasa?
Punya sedikit teman tapi bisa saling membangun?
Bisa tertawa dan jalani hidup bersama?

Baiklah Bapa, aku telah ungkapkan keluh kesahku
Itu daging yang ada dalam diriku
Aku tahu ini panggilanku
Ini karunia yang kau berikan padaku
Kalau benar Engkau yang memanggilku disini
Teguhkan panggilanMu dan bimbing aku
Aku sadar motivasi populerku dulu salah
Tapi biar aku bisa selesaikan ini dalam kebenaran
Terima kasih untuk semua yang tak menyenangkan itu
Hingga aku tak terjebak dalam duniaku sendiri

Pakai aku...
Teguhkan aku...
Bimbing aku...
Allahku...

Saturday, July 24, 2010

Percaya Tuhan

(I Korintus 10 : 12 ; Mazmur 118 : 8)

Percaya kau bisa sebelum lakukan sesuatu
Percaya ini tak lebih dari kemampuanmu
Percaya ada kuasa dalam dirimu
Percaya kau telah lewati ini sebelumnya

Berat bagiku untuk percaya lagi
Aku gagal beruntut, percayaku habis
Sulit bagiku untuk bangkit lagi
Semua itu hanya kata motivasi belaka
Kata yang memaksaku untuk kuatkan diri
Kata yang mencuci otakku

Aku lemah
Mengapa aku harus menyangkalinya?
Aku tak mampu
Mengapa aku harus berkata aku kuat?
Inilah diriku yang sebenarnya
Aku seorang biasa tak mampu hadapi semua

Serahkan hidupmu padaNya
Bagaimanapun engkau menjalani hidup ini
Engkau tahu realita kekuatanmu
Serba terbatas menyelami kehidupan
Makin bawah nafasmu melemah
Engkau butuh pertolonganNya
Percaya padaNya

Friday, July 23, 2010

Sudah Selesai

(Bilangan 8 : 24-26)

Hari-hari itu telah berlalu
Lepas sudah semua tanggung jawabku
Sesuatu yang lama kunantikan
Hari-hari masa tenangku tiba

Kunikmati hari tenangku
Fajar merekah ku tak peduli
Kantuk datang di kala udara menyengat sangat indah
Cahaya bulan sangat terang aku masih terjaga
Kunikmati hidupku tanpa beban

Tak ada lagi target
Tak ada lagi tujuan
Yang ada adalah menikmati
Yang ada adalah aku

Apa benar kunikmati saja hari-hari ini?
Tapi aku malah bosan sendiri
Apa benar peranku sudah selesai?
Tapi tak adakah yang bisa kulakukan lagi?
Gunung tertinggi telah kutaklukkan
Tak adakah lagi gunung yang lain?

Waktu senggangku membuatku berjalan
Kukelilingi lingkunganku
“Astaga, aku tak pernah tahu hal ini...”
“Mengapa hal seperti ini...”
“Parah sekali...”

Aku tak pernah tahu ada banyak hal “ini”
Bapa, inikah panggilan baruku?
Inikah maksudMu dengan banyaknya waktuku?
Kau ingin aku fokus disini?

Gunung ini tak setinggi yang pernah kudaki
Tapi bentuknya tak teratur
Aku ingin meratakannya
Aku tahu kemampuanku adalah seorang pendaki
Tapi aku ingin ratakan gunung ini
Aku tak yakin dengan apa yang ada padaku
Berikan aku kekuatan itu
Pakai aku di tempat ini

Thursday, July 22, 2010

Kasih Karunia, Kemurahan, dan Kedamaian

(Kisah 17 : 25 ; Ratapan 3 : 22 ; Yohanes 14 : 27)

Aku kenal dengan kemurahan
Banyak mereka yang dermawan
Banyak orang yang tak kikir
Banyak orang yang mau berbagi
Tetapi jarang yang mau ampuni salahku
Jarang yang mau beriku kesempatan kedua
Jarang yang mau lepaskan prasangka setelah salahku

Aku kenal dengan kedamaian
Negaraku tak sedang berperang
Hubunganku dengan pacar baik
Waktu bebasku cukup banyak
Tetapi kesalahan merongrong hidupku
Aku hidup tetapi aku kosong
Banyak badai dan aku terus melawan

Aku kenal dengan kasih karunia
Ayahku tetap di sampingku walau aku kurang ajar
Ibuku tetap memperhatikanku walau omongku kasar
Adikku tetap menyayangiku walau kerapkali berseberangan
Tetapi ada yang lebih yang tak kusadari
Kasih yang berikan kemurahan yang tak kukenal
Kasih yang berikan kedamaian yang tak kukenal

Dia sendiri yang datang
Dia tawarkan kasih karuniaNya
Setiap nafasku bagi kemuliaanNya
Dia berikan kemurahanNya
Salahku dihapus, aku dikuduskan
Dia berikan kedamaianNya
Sertaku seumur hidupku

Wednesday, July 21, 2010

Jembatan

(Yohanes 1 : 14)

Semuanya gelap
Dia terus memperhatikanku, tetapi aku tak dapat melihatNya
Dia ada di sampingku, tetapi aku tak merasakanNya
Dia memanggilku, tetapi aku tak dapat mendengarNya

Di depan malaikat mau menghunus pedangnya
Tetapi aku terus berjalan menyongsongnya
Jeritan kematian mereka yang mendahuluiku
Tak sampai ke telingaku
Aku bukan saja buta
Tapi semua inderaku tak berfungsi

Karena itu Dia datang
Menjembatani kita yang rendah dengan Allah tak terbatas
Dia menjadi daging dan tinggal bersama kita
Dia masuk dalam dunia kita
Agar kita bisa melihat kemuliaanNya
Dan kita mau mengakui Bapa kita